ANDA PERLU BUKU SENI DAN BUDAYA, hubungi 0857-2994-6859 atau http://www.facebook.com/buku.rupa

26 September 2011

Babad Mangir

ENENGENA NEGARI MENTAWIS
DHANDHANGGULA
1.   Enengena negari mentawis / Wonten kecap gempaling carita / Tur sami tedhaking maos  / Pan ingkang rumuwun / Duk bedhahe ingkang negari / Majapahit semana / Kathah kang tan anut / Para putra myang sentana / Samya kesah ing wana / Tuwin ing ardi / Kathah sami mertapa //
2.   Mana Raden Alembu Amisani / Sakesahe saking Majalengka / Datan karuwan sedyane / Mangilen purugipun / Manjing jurang aminggah ardi / Anepi guwa
Selengkapnya...

Misteri Gamelan Sekaten Solo dan Jogjakrta

Sejarah tradisi Sekaten yang bergulir sejak zaman Majapahit hingga kini, menyisakan misteri besar seputar Gamelan Sekaten yang dipercaya bertuah. Pasalnya, Kraton Solo dan Jogja yang kini masih bertahan, masing-masing memiliki sepasang Gamelan Sekaten. Manakah yang asli dari zaman Majapahit dan Demak Bintoro?

Ketika tampuk kekuasaan dari Demak Bintoro berpindah ke Pajang Hadiningrat, Gamelan Sekaten sebagai pusaka kerajaan juga ikut berpindah tangan. Peralihan zaman dari Demak ke
Selengkapnya...

23 September 2011

Kompleks Candi Muaro Jambi

Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26
kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat Selatan 01* 28'32" Timur 103* 40'04". Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Dan sejak tahun 2009 Kopleks Candi Muaro Jambi telah
Selengkapnya...

20 September 2011

Rumah Banjar (Rumah Adat Nusantara #02)

Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain memiliki perlambang, memiliki penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris.

Rumah tradisonal Banjar adalah type-type rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Pada tahun 1871 pemerintah kota Banjarmasin mengeluarkan segel izin pembuatan Rumah
Selengkapnya...

19 September 2011

Pengetahuan Dasar tentang Weton

Ramalan Berdasarkan WetonMenurut kepercayaan Jawa, arti dari suatu peristiwa (dan karakter dari seseorang yang lahir dalam hari tertentu) dapat ditentukan dengan menelaah saat terjadinya peristiwa tersebut menurut berbagai macam perputaran kalender tradisional. Salah satu penggunaan yang umum dari metode ramalan ini dapat ditemukan dalam sistem hari kelahiran Jawa yang disebut wetonan.
Weton anda merupakan gabungan dari tujuh hari dalam seminggu (Senin, Selasa, dll.) dengan lima hari pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Perputaran ini berulang setiap 35 (7 x 5) hari, sehingga menurut perhitungan Jawa hari kelahiran anda berulang setiap lima minggu dimulai dari hari kelahiran anda.
Selengkapnya...

Petikan Serat Jangka Jayabaya

Mbesuk jen wis ana kreta mlaku tanpa turangga
Tanah Djawa kalungan wesi,
Prahu mlaku ing a duwur awang2.
Kali pada ilang kedunge, iku tanda yen jaman Jayabaya wis cedak


Besok jika ada kereta berjalan tanpa kuda ( tafsir= Mobil, kereta api)
Tanah Jawa berkalung besi ( tafsir= Rel Kereta api)
Perahu terbang diatas angkasa ( tafsir= pesawat terbang , pesawat luar angkasa)
Sungai pada hilang danaunya / sumbernya (tafsir = sungai buatan)
Itulah pertanda jaman Jayabaya sudah dekat
Selengkapnya...

Potensi Sastra Banyumasan

Menyaksikan sederetan daftar ragam bentuk kebudayaan ketika pawai dan kirab budaya di Banyumas beberapa hari lalu, pertanyaan saya yang muncul adalah betulkah kota ini menjadi ’’lahan basah’’ budaya dan sastra? Atau, apakah ini menunjukkan gejala bahwa memang ada kebangkitan kaum budaya di Banyumas?

Untuk pertanyaan kedua tentu tidak akan saya bahas, karena berbagai hal saya merasa tidak mampu secara tuntas menggambarkannya. Tapi secara kasat mata kita tentu mafhum bahwa budaya Banyumasan yang secara periodik dicipta, dibangun dan lama kelamaan di hayati sebagai hasrat hidup masyarakatnya. Oleh karena budaya Banyumasan lahir dari berbagai dialog antar pandangan hidup menjadikannya seperti anatomi budaya yang terus berkembang secara organis. Artinya bentuk kebudayaan itu tidaklah hadir secara given tapi lewat proses panjang yang tambal sulam.
Selengkapnya...

Petuah yang diambil dari Serat Wédhatama

Pupuh Sinom yang diambil dari serat Wédhatama karya KGPA Mangkunegara IV sebuah petuah tentang ilmu, petuah tentang ilmu tersebut dituliskan bersama terjemahan bebasnya kurang lebih berbunyi seperti ini :


Pupuh Pucung

1.
Ngelmu iku
Kalakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pangekese dur angkara
Selengkapnya...

Aksara Lampung

Bentuk tulisan yang masih berlaku di daerah Lampung pada dasarnya berasal dari aksara Pallawa yang diperkirakan masuk ke Pulau Sumatera semasa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. 

Macam-macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam aksara Arab, dengan menggunakan tanda-tanda fathah di baris atas dan tanda-tanda kasrah di baris bawah, tapi tidak memakai tanda dammah di baris depan, melainkan menggunakan tanda di belakang. Masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri. Aksara Lampung hampir sama bentuknya dengan aksara Rencong (Aceh). Artinya, Had Lappung dipengaruhi dua unsur, yakni; aksara Pallawa dan huruf Arab.

Adapun Aksara Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka, dan tanda baca.

Selengkapnya...

Aksara Kawi dan Perubahannya menjadi Aksara Jawa

Kawi (juga dikenal dengan nama Kavi) adalah nama untuk sistem penulisan atau aksara yang berasal dari Jawa dan digunakan di sekitar Semenanjung Malaya dalam berbagai prasasti dan tulisan dari abad ke-8 hingga sekitar tahun 1500 M. Kawi juga merupakan nama dari bahasa, yaitu Bahasa Kawi yang digunakan dalam prasasti dan tulisan tersebut di atas, namun lebih umum disebut sebagai Bahasa Jawa Kuna

Aksara Kawi berasal dari “Aksara Pallawa” menurut para ahli Studi Asia Tenggara seperti George Coedes and D. G. E. Hall sebagai dasar dari beberapa sistem penulisan atau aksara di Asia Tenggara.

Tulisan beraksara Kawi paling awal diketahui berasal dari zaman Kerajaan Singasari di Jawa. Sedangkan yang lebih baru ditemukan dalam masa Kerajaan Majapahit, juga di pulau Jawa dan Bali, Kalimantan dan Sumatera.
Selengkapnya...

Aksara Jawa, Cikal-Bakal Sejarah Jawa

Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Tak hanya di Jawa, aksara Jawa ini rupanya juga digunakan di daerah Sunda dan Bali, walau memang ada sedikit perbedaan dalam penulisannya. Namun sebenarnya aksara yang digunakan sama saja.

Di bangku Sekolah Dasar, siswa-siswi di Jogja pasti tak asing dengan pelajaran menulis aksara Jawa. Namun tahukah kita bahwa Aksara Jawa yang berjumlah 20 yang terdiri dari Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Ta Nga dinamakan Aksara Legena.
Selengkapnya...