Candi Borobudur adalah candi terbesar peninggalan Abad ke sembilan. Candi ini terlihat begitu impresif dan kokoh sehingga terkenal seantero dunia. Peninggalan sejarah yang bernilai tinggi ini sempat menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Namun tahukah Anda bahwa seperti halnya pada bangunan purbakala yang lain, Candi Borobudur tak luput dari misteri mengenai cara pembuatannya? Misteri ini banyak melahirkan pendapat yang spekulatif hingga kontroversi.
Selengkapnya...
3 November 2011
Nabi Ibrahim dalam Mitologi Jawa
Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.
Selain itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa. Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang menurunkan Batara Brahma.
21 Oktober 2011
Rahasia Serat Sastrajendrahayuningrat Pangruwa Ting Diyu.
Dalam lakon wayang Purwa, kisah Ramayana bagian awal diceritakan asal muasal keberadaan Dasamuka atau Rahwana tokoh raksasa yang dikenal angkara murka, berwatak candala dan gemar menumpahkan darah. Dasamuka lahir dari ayah seorang Begawan sepuh sakti linuwih gentur tapanya serta luas pengetahuannya yang bernama Wisrawa dan ibu Dewi Sukesi yang berparas jelita tiada bandingannya dan cerdas haus ilmu kesejatian hidup. Bagaimana mungkin dua manusia sempurna melahirkan raksasa buruk rupa dan angkara murka ? Bagaimana mungkin kelahiran “sang angkara murka “ justru berangkat dari niat tulus mempelajari ilmu kebajikan yang disebut Serat Sastrajendra.
Label:
Serat
Pagelaran Wayang Ruwatan
Pagelaran wayang yang dilakukan untuk keperluan ‘ruwatan’, lazimnya juga dilakukan di sekitar tanggal 1 bulan Sura. Pada masyarakat suku-bangsa Jawa, pagelaran wayang kulit purwa yang dilaksanakan dalam rangka ‘ruwatan’, lazimnya juga disesuaikan untuk keperluan tertentu. Secara adat dikenal ada sejumlah upacara ‘ruwatan’ yang berbeda-beda. Namun, banyak juga masyarakat kita yang sebenarnya tidak mengerti apa itu ruwatan, bagaimana, mengapa, dan untuk apa pagelaran wayang dilaksanakan.
Label:
Ritual,
Upacara Tradisi
Ritual Ruwatan
Dalam masyarakat Jawa, ritual ruwat dibedakan dalam tiga golongan besar yaitu :
1. Ritual ruwat untuk diri sendiri.
2. Ritual ruwat untuk lingkungan.
2. Ritual ruwat untuk wilayah.
Dalam masyarakat Jawa, ruwatan memiliki ketergantungan pada siapa yang akan melaksanakan. Jika ruwatan dilakukan oleh orang yang memang memiliki kemampuan ekonomi yang memadai, maka biasanya dilakukan secara besar-besaran yaitu dengan mengadakan pagelaran pewayangan. Pagelaran pewayangan ini berbeda dengan pagelaran yang pada umumnya dilakukan. Pagelaran pewayangan dilakukan pada siang hari dan khusus dilakukan oleh dalang ruwat.
Label:
Ritual,
Upacara Tradisi
Ruwatan
Ruwatan adalah satu upacara tradisional supaya orang terbebas dari segala macam kesialan hidup, nasib jelek dan supaya selanjutnya bisa hidup selamat sejahtera dan bahagia. Ruwatan yang paling terkenal yang sejak zaman kuno diselenggarakan oleh nenek moyang adalah Ruwatan Murwakala. Dalam ruwatan ini dipergelarkan wayang kulit dengan cerita Murwakala, dimana orang-orang yang termasuk kategori sukerto diruwat/disucikan supaya terbebas dari ancaman Betara Kala, raksasa besar yang kejam dan menakutkan, yang suka memangsa para sukerto.
Label:
Ritual,
Upacara Tradisi
10 Oktober 2011
Suluk-suluk Sunan Bonang
disampaikan melalui ungkapan-ungkapan simbolik yang terdapat dalam kebudayaan Arab, Persia, Melayu dan Jawa. Di antara suluk-suluknya ialah Suluk Wujil, Suluk Khalifah, Suluk Kaderesan, Suluk Regol, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Pipiringan, Gita Suluk Latri, Gita Suluk Linglung, Gita Suluk ing Aewuh, Gita Suluk Jebang, Suluk Wregol dan lain-lain (Drewes 1968). (2) Karangan prosa
Label:
Suluk,
Telisik,
Wali Sanga (sangha)
9 Oktober 2011
Sekilas tentang Serat Dewaruci
Cerita Dewa Ruci diduga -menurut Prof. Dr. RM. Ng Purbotjaroko dan Dr. Stutterheim- ditulis kira-kira pada masa peralihan agama, atau pada awal tersebarnya Islam di Tanah Jawa. Cerita aslinya, yang dianggap Babon-nya, dinisbahkan kepada Mpu Ciwamurti. Tetapi naskah-naskah kemudian dihubungkan kepada Ajisaka, yang konon menjadi murid
Maulana Ngusman Ngali, seorang penyebar agama Islam. Pada tangan Sunan Bonang, Serat Dewa Ruci yang asli itu diterjemahkan dari Bahasa Kawi ke dalam bahasa Jawa Modern. Terjemahan ini tersimpan di perpustakaan pribadi R.Ng.Ronggowarsito.
Maulana Ngusman Ngali, seorang penyebar agama Islam. Pada tangan Sunan Bonang, Serat Dewa Ruci yang asli itu diterjemahkan dari Bahasa Kawi ke dalam bahasa Jawa Modern. Terjemahan ini tersimpan di perpustakaan pribadi R.Ng.Ronggowarsito.
26 September 2011
Babad Mangir
ENENGENA NEGARI MENTAWIS
DHANDHANGGULA
1. Enengena negari mentawis / Wonten kecap gempaling carita / Tur sami tedhaking maos / Pan ingkang rumuwun / Duk bedhahe ingkang negari / Majapahit semana / Kathah kang tan anut / Para putra myang sentana / Samya kesah ing wana / Tuwin ing ardi / Kathah sami mertapa //
2. Mana Raden Alembu Amisani / Sakesahe saking Majalengka / Datan karuwan sedyane / Mangilen purugipun / Manjing jurang aminggah ardi / Anepi guwa
Label:
Babad,
Yogyakarta
Misteri Gamelan Sekaten Solo dan Jogjakrta
Sejarah tradisi Sekaten yang bergulir sejak zaman Majapahit hingga kini, menyisakan misteri besar seputar Gamelan Sekaten yang dipercaya bertuah. Pasalnya, Kraton Solo dan Jogja yang kini masih bertahan, masing-masing memiliki sepasang Gamelan Sekaten. Manakah yang asli dari zaman Majapahit dan Demak Bintoro?
Ketika tampuk kekuasaan dari Demak Bintoro berpindah ke Pajang Hadiningrat, Gamelan Sekaten sebagai pusaka kerajaan juga ikut berpindah tangan. Peralihan zaman dari Demak ke
Label:
Solo (Surakarta),
Telisik,
Yogyakarta
23 September 2011
Kompleks Candi Muaro Jambi
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26
kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat Selatan 01* 28'32" Timur 103* 40'04". Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Dan sejak tahun 2009 Kopleks Candi Muaro Jambi telah
kilometer arah timur Kota Jambi. Koordinat Selatan 01* 28'32" Timur 103* 40'04". Candi tersebut diperkirakakn berasal dari abad ke-11 M. Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi yang terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Dan sejak tahun 2009 Kopleks Candi Muaro Jambi telah
20 September 2011
Rumah Banjar (Rumah Adat Nusantara #02)
Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain memiliki perlambang, memiliki penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris.
Label:
Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur,
Rumah Adat,
Telisik
19 September 2011
Pengetahuan Dasar tentang Weton
Menurut kepercayaan Jawa, arti dari suatu peristiwa (dan karakter dari seseorang yang lahir dalam hari tertentu) dapat ditentukan dengan menelaah saat terjadinya peristiwa tersebut menurut berbagai macam perputaran kalender tradisional. Salah satu penggunaan yang umum dari metode ramalan ini dapat ditemukan dalam sistem hari kelahiran Jawa yang disebut wetonan.
Weton anda merupakan gabungan dari tujuh hari dalam seminggu (Senin, Selasa, dll.) dengan lima hari pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Perputaran ini berulang setiap 35 (7 x 5) hari, sehingga menurut perhitungan Jawa hari kelahiran anda berulang setiap lima minggu dimulai dari hari kelahiran anda.
Label:
Wacana
Petikan Serat Jangka Jayabaya
Mbesuk jen wis ana kreta mlaku tanpa turangga
Tanah Djawa kalungan wesi,
Prahu mlaku ing a duwur awang2.
Kali pada ilang kedunge, iku tanda yen jaman Jayabaya wis cedak
Besok jika ada kereta berjalan tanpa kuda ( tafsir= Mobil, kereta api)
Tanah Jawa berkalung besi ( tafsir= Rel Kereta api)
Perahu terbang diatas angkasa ( tafsir= pesawat terbang , pesawat luar angkasa)
Sungai pada hilang danaunya / sumbernya (tafsir = sungai buatan)
Itulah pertanda jaman Jayabaya sudah dekat
Tanah Djawa kalungan wesi,
Prahu mlaku ing a duwur awang2.
Kali pada ilang kedunge, iku tanda yen jaman Jayabaya wis cedak
Besok jika ada kereta berjalan tanpa kuda ( tafsir= Mobil, kereta api)
Tanah Jawa berkalung besi ( tafsir= Rel Kereta api)
Perahu terbang diatas angkasa ( tafsir= pesawat terbang , pesawat luar angkasa)
Sungai pada hilang danaunya / sumbernya (tafsir = sungai buatan)
Itulah pertanda jaman Jayabaya sudah dekat
Label:
Serat
Potensi Sastra Banyumasan
Menyaksikan sederetan daftar ragam bentuk kebudayaan ketika pawai dan kirab budaya di Banyumas beberapa hari lalu, pertanyaan saya yang muncul adalah betulkah kota ini menjadi ’’lahan basah’’ budaya dan sastra? Atau, apakah ini menunjukkan gejala bahwa memang ada kebangkitan kaum budaya di Banyumas?
Untuk pertanyaan kedua tentu tidak akan saya bahas, karena berbagai hal saya merasa tidak mampu secara tuntas menggambarkannya. Tapi secara kasat mata kita tentu mafhum bahwa budaya Banyumasan yang secara periodik dicipta, dibangun dan lama kelamaan di hayati sebagai hasrat hidup masyarakatnya. Oleh karena budaya Banyumasan lahir dari berbagai dialog antar pandangan hidup menjadikannya seperti anatomi budaya yang terus berkembang secara organis. Artinya bentuk kebudayaan itu tidaklah hadir secara given tapi lewat proses panjang yang tambal sulam.
Label:
Jawa Tengah,
Sastra Lokal
Petuah yang diambil dari Serat Wédhatama
Pupuh Sinom yang diambil dari serat Wédhatama karya KGPA Mangkunegara IV sebuah petuah tentang ilmu, petuah tentang ilmu tersebut dituliskan bersama terjemahan bebasnya kurang lebih berbunyi seperti ini :
Pupuh Pucung
1.
Ngelmu iku
Kalakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pangekese dur angkara
Label:
Serat
Aksara Lampung
Bentuk tulisan yang masih berlaku di daerah Lampung pada dasarnya berasal dari aksara Pallawa yang diperkirakan masuk ke Pulau Sumatera semasa kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
Macam-macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam aksara Arab, dengan menggunakan tanda-tanda fathah di baris atas dan tanda-tanda kasrah di baris bawah, tapi tidak memakai tanda dammah di baris depan, melainkan menggunakan tanda di belakang. Masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri. Aksara Lampung hampir sama bentuknya dengan aksara Rencong (Aceh). Artinya, Had Lappung dipengaruhi dua unsur, yakni; aksara Pallawa dan huruf Arab.
Adapun Aksara Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka, dan tanda baca.
Aksara Kawi dan Perubahannya menjadi Aksara Jawa
Kawi (juga dikenal dengan nama Kavi) adalah nama untuk sistem penulisan atau aksara yang berasal dari Jawa dan digunakan di sekitar Semenanjung Malaya dalam berbagai prasasti dan tulisan dari abad ke-8 hingga sekitar tahun 1500 M. Kawi juga merupakan nama dari bahasa, yaitu Bahasa Kawi yang digunakan dalam prasasti dan tulisan tersebut di atas, namun lebih umum disebut sebagai Bahasa Jawa Kuna.
Aksara Kawi berasal dari “Aksara Pallawa” menurut para ahli Studi Asia Tenggara seperti George Coedes and D. G. E. Hall sebagai dasar dari beberapa sistem penulisan atau aksara di Asia Tenggara.
Tulisan beraksara Kawi paling awal diketahui berasal dari zaman Kerajaan Singasari di Jawa. Sedangkan yang lebih baru ditemukan dalam masa Kerajaan Majapahit, juga di pulau Jawa dan Bali, Kalimantan dan Sumatera.
Label:
Aksara Nusantara
Aksara Jawa, Cikal-Bakal Sejarah Jawa
Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Tak hanya di Jawa, aksara Jawa ini rupanya juga digunakan di daerah Sunda dan Bali, walau memang ada sedikit perbedaan dalam penulisannya. Namun sebenarnya aksara yang digunakan sama saja.
Di bangku Sekolah Dasar, siswa-siswi di Jogja pasti tak asing dengan pelajaran menulis aksara Jawa. Namun tahukah kita bahwa Aksara Jawa yang berjumlah 20 yang terdiri dari Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Ta Nga dinamakan Aksara Legena.
Label:
Aksara Nusantara
14 Juli 2011
Mengungkap Sosok Saridin
Siapa sebenarnya Saridin itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, warga Pati dan sekitarnya mungkin bisa membaca buku Babad Tanah Jawa yang hidup sekitar awal abad ke-16. Sebab, menurut cerita tutur tinular yang hingga sekarang masih diyakini kebenarannya oleh masyarakat setempat, dia disebut-sebut putra salah seorang Wali Sanga, yaitu Sunan Muria dari istri bernama Dewi Samaran.
Siapa wanita itu dan mengapa seorang bayi laki-laki bernama Saridin harus dilarung ke kali? Konon cerita tutur tinular itulah yang akhirnya menjadi pakem dan diangkat dalam cerita terpopuler grup ketoprak di Pati, Sri Kencono. Cerita babad itu menyebutkan, bayi tersebut memang bukan darah daging Sang Sunan dengan istrinya, Dewi Samaran.
Selengkapnya...
Label:
Jawa Timur,
Legenda,
Profil
Syekh Belabelu dan Syekh Damiaking (versi cerita tutur)
Menurut cerita tutur setempat Syekh Belabelu adalah salah satu keturunan dari Prabu Brawijaya terakhir. Ia mempunyai nama kecil Raden Jaka Bandem. Pada awalnya Raden Jaka Bandem tidak bisa menerima agama Islam. Oleh karena itu pulalah ia menyingkir dengan menyusuri pantai selatan ke arah barat sampai di perbukitan Parangtritis.
Tidak ada sumber yang dapat menjelaskan mengapa dari nama Raden Jaka Bandem ini kemudian berubah menjadi Syekh Belabelu. Raden Jaka Bandem ini dalam pengembaraannya kemudian menetap di bukit yang sekarang termasuk dalam wilayah Kalurahan Mancingan. Di bukit ini Syekh Belabelu mempunyai kegiatan membuat patung. Patung-patung yang dibuat antara lain berupa patung Punakawan dan Banteng. Oleh karena keberadaan patung Banteng itu pula, maka bukit yang didiami Syekh Belabelu ini dinamakan Bukit atau Gunung Banteng yang sekarang termasuk dalam wilayah administrasi Dusun Mancingan, Kalurahan Parangtritis, Kretek, Bantul, Yogyakarta. Di bukit inilah Syekh Belabelu tinggal bersama Syekh Damiaking sampai meninggalnya. Dalam cerita tutur setempat disebutkan bahwa Syekh Belabelu adalah kakak beradik dengan Syekh Damiaking. Akan tetapi versi lain menuturkan bahwa mereka hanyalah dua saudara seperguruan.
Selengkapnya...
Label:
Situs,
Yogyakarta
Batoro Katong
Raden Katong, yang kemudian lazim disebut Batoro Katong, bagi masyarakat Ponorogo mungkin bukan sekedar figur sejarah semata. Hal ini terutama terjadi di kalangan santri yang meyakini bahwa Batoro Katong-lah penguasa pertama Ponorogo, sekaligus pelopor penyebaran agama Islam di Ponorogo.
Batoro Katong, memiliki nama asli Lembu Kanigoro, tidak lain adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya V dari selir yakni Putri Campa yang beragama Islam. Mulai redupnya kekuasaan Majapahit, saat kakak tertuanya, Lembu Kenongo yang berganti nama sebagai Raden Fatah, mendirikan kesultanan Demak Bintoro. Lembu Kanigoro mengikut jejaknya, untuk berguru di bawah bimbingan Wali Songo di Demak. Prabu Brawijaya V yang pada masa hidupnya berusaha di-Islamkan oleh Wali Songo, para Wali Islam tersebut membujuk Prabu Brawijaya V dengan menawarkan seorang Putri Campa yang beragama Islam untuk menjadi Istrinya.
Selengkapnya...
Batoro Katong, memiliki nama asli Lembu Kanigoro, tidak lain adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya V dari selir yakni Putri Campa yang beragama Islam. Mulai redupnya kekuasaan Majapahit, saat kakak tertuanya, Lembu Kenongo yang berganti nama sebagai Raden Fatah, mendirikan kesultanan Demak Bintoro. Lembu Kanigoro mengikut jejaknya, untuk berguru di bawah bimbingan Wali Songo di Demak. Prabu Brawijaya V yang pada masa hidupnya berusaha di-Islamkan oleh Wali Songo, para Wali Islam tersebut membujuk Prabu Brawijaya V dengan menawarkan seorang Putri Campa yang beragama Islam untuk menjadi Istrinya.
Selengkapnya...
Label:
Jawa Timur
Teka-teki Wali Songo dan Syekh Belabelu
Ini adalah bukti bahwa Majapahit telah diatur oleh system Islam, dan ada Islam versi lain (baca: agama Islam) yang dibawakan oleh Para “walisongo” akhir yang diakui secara paksa sebagai penyebar Islam di tanah jawa.
Di daerah pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, dekat pesisir yang kini dikenal dengan nama Parangtritis, terdapat dua buah bukit yang letaknya berdekatan. Dua buah bukit itu, yang sebuah dikenal dengan nama Bukit Sentana dan yang sebuah lagi bernama Bukit Pamancingan.
Selengkapnya...
Label:
Wacana,
Yogyakarta
29 Mei 2011
Misteri Piramida Nusantara
Mentari nyaris berada di atas ubun-ubun, saat empat mobil menepi di pinggiran Jalan Raya Soreang, Cipatik, medio Februari 2011. Siang itu, Kampung Badaraksa yang terletak di lereng bukit, kedatangan tamu.
Rombongan itu menyusuri jalan kecil mendaki di tengah pemukiman penduduk, hendak menuju ke atas puncak Gunung Lalakon, yang terletak di Desa Jelegong, Kecamatan Kotawaringin, Kabupaten Bandung. Dari Kampung Badaraksa yang berada di ketinggian sekitar 720 m di atas permukaan laut, mereka bergegas naik memutari bukit dari bagian selatan ke barat.
Selengkapnya...
Rombongan itu menyusuri jalan kecil mendaki di tengah pemukiman penduduk, hendak menuju ke atas puncak Gunung Lalakon, yang terletak di Desa Jelegong, Kecamatan Kotawaringin, Kabupaten Bandung. Dari Kampung Badaraksa yang berada di ketinggian sekitar 720 m di atas permukaan laut, mereka bergegas naik memutari bukit dari bagian selatan ke barat.
Gunung Sadahurip, Garut (Foto: Turangga Seta)
Label:
Jawa Barat,
Wacana
Misteri di Candi Panataran
Candi Panataran yang terletak di sebelah utara Blitar adalah satu-satunya komplek percandian yang terluas di kawasan Jawa Timur. Lokasi bangunan candi ini terletak di lereng barat-daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter dpl (di atas permukaan air laut), di desa yang juga bernama Panataran, Kecamatan Nglegok, Blitar. Hanya berjarak sekitar 12 kilometer dari Kota Blitar atau kurang lebih setengah jam perjalanan dengan kendaraan bermotor. Dengan jalan yang relatif mulus dan cukup lebar hingga di depan komplek candi.
Selengkapnya...
Label:
Candi,
Jawa Timur,
Telisik,
Wacana
27 Mei 2011
Relief Misterius di Kaki Borobudur
Siapa tak terpesona menatap keindahan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah?
Dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada tahun 824, Borobudur terdiri dari 1460 panel relief dan 504 stupa. Namun, panel yang selama ini terlihat ternyata belum lengkap. Ada panel-panel yang sengaja ditimbun tanah karena reliefnya dianggap vulgar dan cabul. Panel-panel itu terletak di bagian paling bawah, yang disebut Kamadhatu.
Selengkapnya...
Dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada tahun 824, Borobudur terdiri dari 1460 panel relief dan 504 stupa. Namun, panel yang selama ini terlihat ternyata belum lengkap. Ada panel-panel yang sengaja ditimbun tanah karena reliefnya dianggap vulgar dan cabul. Panel-panel itu terletak di bagian paling bawah, yang disebut Kamadhatu.
KEPERCAYAAN JAWA TERHADAP ALAM
Pada saat cuaca cerah, hanya sedikit tempat di Jawa yang gunungnya tidak dapat dilihat. Para penjelajah lautan dulu mengenali pulau Jawa dari gunung-gunungnya. Semua gunung yang ada berupa gunung berapi, meskipun beberapa diantaranya sudah tua. Pada masa penjelajahan dunia yang pertama Sir Frances Drake ketika melihat Gn.Slamet segera mengarahkan perahunya dan berlabuh di Cilacap.
Selengkapnya...
Label:
Telisik
25 Mei 2011
Misteri Relief UFO di Candi Borobudur
Nenek moyang kita pernah mengabadikan benda misterius itu di candi Borobudur. Ada dua benda aneh yang jelas tergambar dalam relief ini. Yang pertama tepat di atas kuda yang berbentuk seperti piring terbang. Sedangkan yang kedua berada di atas gajah.
Perhatikan kedua gambar itu. Gambar UFO yang tergambar semuanya dalam posisi melayang jadi tanpa tiang penyangga ataupun tanpa tali penggantung. Kedua bentuk benda ini juga membuat ketakutan dua hewan yang tergambar (kuda dan gajah). Keberadaan kuda dan gajah ini menunjukkan kedua hewan ini ada di lapangan yang luas, karena bisa berlarian, sehingga tidak mungkin dua benda misterius ini menempel pada dinding bangunan. Percayakah Anda dengan gambar UFO di Candi Borobudur? Silakan jika tidak percaya. Lantas, apa penjelasan tentang relief ini?
22 Mei 2011
Kepaksian Pernong
Sekala Beghak, artinya tetesan yang mulia. Boleh jadi, kawasan ini dianggap sebagai kawasan tempat lahir dan hidup orang-orang mulia keturunan orang mulia pula. Sekala Beghak adalah kawasan di lereng Gunung Pesagi (2.262 m dpl), gunung tertinggi di Lampung. Kalau membaca peta daerah Lampung sekarang, Sekala Beghak masuk Kabupaten Lampung Barat. Pusat kerajaannya di sekitar Kecamatan Batu Brak, Kecamatan Sukau, Kecamatan Belalau, dan Kecamatan Balik Bukit. Di Lereng Gunung Pesagi itulah diyakini sebagai pusat Kerajaan Sekala Beghak yang menjadi pula asal usul suku bangsa Lampung.
Label:
Kerajaan di Nusantara,
Lampung
2 Mei 2011
Kisah Legenda Calon Arang
Legenda Calon Arang telah sangat dikenal masyarakat kita. Kisahnya - seperti kebanyakan cerita rakyat lainnya - tersiar turun-temurun dari generasi ke generasi melalui tradisi tutur (lisan).Sejatinya, Cerita Calon Arang adalah perkawinan antara sejarah dan mitos (dongeng); fakta dan fiksi. Sebagian orang percaya, bahwa Calon Arang adalah putri seorang raja Bali yang diasingkan, sementara banyak juga yang beranggapan ia hanya tokoh rekaan saja. Adapun Raja Erlangga (Airlangga) dan kerajaan Daha fakta adanya.
Selengkapnya...
Label:
Legenda
Menelusuri Jejak Peninggalan Raja Erlangga dan Kisah Calonarang Versi Kediri
Babad Calonarang semasa pemerintahan Raja Erlangga dari Daha, Kediri, justru lebih populer di Bali. Kendati kisah tersebut telah mengalami banyak improvisasi, namun cerita Calonarang tak pernah lekang oleh waktu. Bagaimana kisah aslinya di Kediri?
Label:
Bali,
Jawa Timur,
Legenda
28 April 2011
Kepaksian Sekala Brak
Sekala Brak (Baca: Sekala Bekhak) adalah sebuah kerajaan yang bercirikan Hindu dan dikenal dengan Kerajaan Sekala Brak Hindu yang setelah kedatangan Empat Umpu dari Pagaruyung yang menyebarkan agama Islam kemudian berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak, terletak di kaki Gunung Pesagi (gunung tertinggi di Lampung) Yang menjadi cikal-bakal suku bangsa etnis Lampung saat ini.
Selengkapnya...
12 April 2011
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian
Selengkapnya...
Label:
Keraton Yogyakarta,
Yogyakarta
31 Maret 2011
Sejarah Singkat Kain Ulos
Ulos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang, yang melambangkan ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak-anaknya atau antara seseorang dan orang lain, seperti yang tercantum dalam filsafat batak yang berbunyi: “Ijuk pengihot ni hodong.” Ulos penghit ni halong, yang ertinya ijuk pengikat pelepah pada batangnya dan ulos pengikat kasih sayang diantara sesama.
Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk menghangkan badan, tetapi kini Ulos memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dlam segala aspek kehidupan orang Batak. Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. Setiap ulos mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri, ertinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda tertentu.
Selengkapnya...
Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk menghangkan badan, tetapi kini Ulos memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dlam segala aspek kehidupan orang Batak. Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. Setiap ulos mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri, ertinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda tertentu.
Label:
Kain Nusantara,
Sumatera Utara,
Telisik
30 Maret 2011
Wahana
Wahana (Sansekerta: वहन; Vahana) adalah makhluk atau benda yang menjadi kendaraan milik salah satu Dewa dalam mitologi Hindu India. Kata "Vah" dalam bahasa Sansekerta berarti "membawa" atau "mengangkut".
Para Dewa hampir selalu memiliki hewan sebagai wahana. Wahana kadangkala hewan nyata, kadangkala dalam mitologi, dan kangkala hewan campuran. Kendaraan Agni, Kama, dan Durga masing-masing adalah domba jantan, burung kakatua, dan macan atau singa. Garuda, wahana Dewa Wisnu, adalah makhluk setengah manusia, setengah elang. Makara, wahana milik Baruna dan Gangga, adalah monster laut yang merupakan gabungan dari buaya, gajah, tapir, dan kura-kura.
Label:
Telisik
20 Maret 2011
Baabullah dari Ternate
Sultan Baabullah (10 Februari 1528 - permulaan 1583) adalah sultan dan penguasa Kesultanan Ternate ke-24 yang berkuasa antara tahun 1570 - 1583, ia merupakan sultan Ternate dan Maluku terbesar sepanjang sejarah yang berhasil mengalahkan Portugis dan mengantarkan Ternate ke puncak keemasan di akhir abad ke-16. Sultan Baabullah juga dijuluki sebagai penguasa 72 pulau berpenghuni yang meliputi pulau–pulau di nusantara bagian timur, Mindanao selatan dan kepulauan Marshall.
Selengkapnya...
Label:
Perang dan Pemberontakan,
Ternate
Pangeran Puger
Pangeran Puger (wafat: Kartasura, 1719) adalah raja ketiga Kasunanan Kartasura yang setelah naik takhta bergelar Sri Susuhunan Pakubuwana I. Ia memerintah pada tahun 1704 - 1719. Naskah-naskah babad pada umumnya mengisahkan tokoh ini sebagai raja agung yang bijaksana.
Nama asli Pangeran Puger adalah Raden Mas Darajat. Ia merupakan putra Sunan Amangkurat I, raja terakhir Kesultanan Mataram yang lahir dari Ratu Wetan atau permaisuri kedua. Ibunya tersebut berasal dari Kajoran, yaitu sebuah cabang keluarga keturunan Kesultanan Pajang.
Selengkapnya...
Nama asli Pangeran Puger adalah Raden Mas Darajat. Ia merupakan putra Sunan Amangkurat I, raja terakhir Kesultanan Mataram yang lahir dari Ratu Wetan atau permaisuri kedua. Ibunya tersebut berasal dari Kajoran, yaitu sebuah cabang keluarga keturunan Kesultanan Pajang.
Label:
Mataram,
Perang dan Pemberontakan
14 Maret 2011
Batik Indonesia
Sejarah Batik
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Selengkapnya...
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Label:
Kain Nusantara
10 Maret 2011
Langen Mandra Wanara
Langen Mandra Wanara adalah salah satu bentuk drama tari Jawa yang mempergunakan materi tari tradisi klasik gaya Yogyakarta. Drama tari yang menggambarkan banyak wanara (kera) dan berfungsi sebagai hiburan ini merupakan perkembangan dari drama tari yang telah ada, yaitu Langendriya yang bersumber dari Serat Damarwulan. Keduanya, baik Langendriya maupun Langen Mandra Wanara, disajikan dalam bentuk tari dengan posisi jengkeng atau jongkokdisertai dengan dialog yang berupa tembang macapat.
Label:
Tari Nusantara,
Yogyakarta
22 Februari 2011
21 Februari 2011
Sebab dan Akibat (Bagian dari Ilmu Kawruh Beja)
Sebab dan akibat merupakan kelanjutan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain yang berurutan dalam dimensi waktu. Peristiwa yang pertama disebut sebab, dan peristiwa berikutnya disebut akibat. Jadi peristiwa pertama dianggap menimbulkan peristiwa berikutnya. Misalnya cangkir jatuh lalu pecah. Jatuh dinamakan sebab, sedangkan pecah dinamakan akibat. Jadi si jatuh dianggap menimbulkan si pecah.
Selengkapnya...
Label:
Ilmu Hayat,
Kawruh Beja
Rasa Bebas (Bagian dari Ilmu Kawruh Beja)
Ceramah Ki Ageng Suryomentaram ini disampaikan beliau dalam pertemuan yang diadakan di Yayasan Hidup Bahagia, Jakarta, pada tanggal 19 Juli 1958.
Rasa bebas adalah rasa tidak bertentangan (konflik). Apabila orang melihat sesuatu dan mengerti sifatnya, ia akan merasa bebas; yakni tidak berselisih dengan sesuatu yang dilihat dan dimengerti. Melihat dan mengerti itu
tidak hanya melalui panca indera, tetapi juga dengan rasa hati dan pikiran.
Selengkapnya...
Rasa bebas adalah rasa tidak bertentangan (konflik). Apabila orang melihat sesuatu dan mengerti sifatnya, ia akan merasa bebas; yakni tidak berselisih dengan sesuatu yang dilihat dan dimengerti. Melihat dan mengerti itu
tidak hanya melalui panca indera, tetapi juga dengan rasa hati dan pikiran.
Label:
Ilmu Hayat,
Kawruh Beja
Filsafat Rasa Hidup (Bagia dari Ilmu Kawruh Beja)
Ceramah Ki Ageng Suryomentaram ini disampaikan beliau dalam pertemuan Junggring Salaka Agung ke IX di Semarang. pada tahun 1956.
Filsafat ialah pengetahuan tentang segala apa yang ada. Filsafat memberi jawaban atas pertanyaan "Apakah hakikatnya segala yang ada di atas bumi dan di kolong langit?"
Selengkapnya...
Filsafat ialah pengetahuan tentang segala apa yang ada. Filsafat memberi jawaban atas pertanyaan "Apakah hakikatnya segala yang ada di atas bumi dan di kolong langit?"
Label:
Ilmu Hayat,
Kawruh Beja
Mawas Diri (Bagian dari Ilmu Kawruh Beja)
Ceramah Ki Ageng Suryomentaram ini disampaikan beliau dalam pertemuan Junggring Salaka Agung ke VIII di Surabaya, pada tanggal 30 Agustus 1954.
Pengertian diri sendiri ini disebut "pangawikan pribadi" atau "pengetahuan diri sendiri." Oleh karena orang itu
terdiri atas jiwa dan raga, sedangkan yang dibicarakan di sini hanya mengenai jiwa saja. Jadi pengetahuan diri sendiri atau
Label:
Ilmu Hayat,
Kawruh Beja
Langganan:
Postingan (Atom)